Selasa, 16 Februari 2021

 SOSIALISASI PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI

 seta VERIFIKASI dan VALIDASI 

Kreator : Sukarni, dkk

Editor   : Rasidi





Jumat, 05 Februari 2021

 RAPAT KOORDINASI PENYULUH PERTANIAN 

DI BPP PAGERWOJO

Kreator : Sukarni Dkk

Editor    : Liek Die



Jumat, 15 Januari 2021

Kamis, 19 November 2020

 

Perbanyakan pohon kopi dengan setek

Oleh : Rasidi, SP

Penyuluh Pertanian Madya






Indonesia merupakan penghasil kopi robusta terbesar di dunia. Lebih dari 80% pohon kopi yang ada di negeri ini berasal dari jenis robusta. Namun rata-rata produktivitasnya relatif masih rendah. Salah satu faktor penyebabnya adalah kualitas bibit. Perbanyakan bibit pohon kopi seringkali tidak dilakukan dengan benar.

Pohon kopi bisa diperbanyak dengan dua cara, yaitu perbanyakan generatif dan vegetatif. Perbanyakan generatif dengan biji atau benih biasanya dilakukan untuk kopi arabika, silahkan baca perbanyakan bibit tanaman kopi dengan biji. Sedangkan pohon kopi robusta lebih sering diperbanyak dengan cara vegetatif.

Kamis, 05 November 2020

Mengenal jenis-jenis kopi budidaya


 Oleh : Rasidi, SP 

Penyuluh Pertanian Madya



Tanaman kopi dipercaya berasal dari benua Afrika kemudian menyebar ke seluruh dunia. Saat ini kopi ditanam meluas di Amerika Latin, Asia-pasifik dan Afrika. Pohon kopi bisa tumbuh dengan baik di daerah yang beriklim tropis dan subtropis meliputi dataran tinggi maupun dataran rendah. Kopi dipanen untuk diambil bijinya kemudian dijadikan minuman atau bahan pangan lainnya.

Di Indonesia, tanaman kopi dibawa oleh bangsa Belanda pada tahun 1896. Mereka memperkenalkan jenis kopi arabika. Pada perkembangannya, terjadi serangan penyakit karat daun (HV) yang menyebabkan kematian tanaman secara massal. Kemudian pemerintahan kolonial memperkenalkan jenis kopi liberika dan robusta yang lebih tahan penyakit HV.


Selasa, 26 Mei 2020

Teknik Budi Daya Padi Gogo


        
Penulis : Rasidi, SP
BPP Pagerwojo

        Varietas padi gogo lokal yang banyak ditanam di Kecamatan Pagerwojo Kabupaten Tulungagung dan masih diminati oleh petani karena daya adaptifnya yang baik antara lain: varietas Segreng, Melati, dan lain-lain
Varietas-varietas lokal umumnya selain berumur panjang, potensi hasilnya rendah sekitar 2 ton GKG/ha. Namun kelebihannya varietas lokal mempunyai rasa enak yang sesuai dengan etnis daerah setempat.
        Selain itu varietas lokal toleran terhadap keadaan lahan yang marjinal, tahan terhadap beberapa jenis hama dan penyakit, memerlukan masukan (pupuk dan pestisida) yang rendah, serta pemeliharaan mudah dan sederhana.
Varietas baru yang mulai ditanam oetani adalah Siutu Bagendit, Inpago,  namun kelemahannya sering terserang penyakit potong leher