Kamis, 15 Mei 2014

PEMELIHARAAN TANAMAN JABON


TEMPAT  TUMBUH

         Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.) dapat tumbuh baik pada :  
-tanah-tanah aluvial yang lembap
-di  hutan sekunder di sepanjang bantaran  sungai
-daerah transisi antara daerah berawa 
-daerah yang tergenang air secara permanen  maupun secara periodik.

 Jenis ini  tumbuh baik pada berbagai jenis tanah,  terutama pada tanah-tanah yang subur dan beraerasi baik (Soerianegara dan Lemmens 1993).

          Curah hujan di hutan alaminya 1.500-5.000 mm/tahun.

          Dapat tumbuh di daerah kering  CH 200 mm/tahun.

         Tumbuh baik pada ketinggian 300 s.d 800 m dpl.

          Di daerah khatulistiwa dijumpai pada ketinggian 0 -1.000 m dpl (Martawijaya dkk, 1989).

         Perlu cahaya penuh.

         Suhu maksimum 32-42 °C.

PENYIANGAN

    Dilakukan setiap 3 bulan pada tahun pertama, lalu setiap 6 bulan pada tahun-tahun berikutnya (Soerianegara dan Lemmens, 1993)

PEMUPUKAN

·         awal tanam: NPK 1 sendok makan
·         Tahun I : Kompos / Bokhasi / Pupuk Kandang 10 kg + NPK/Phonska 2,5 Ons.
·         Tahun II : Kompos / Bokhasi / Pupuk Kandang 20 kg + NPK/Phonska 7,5 Ons.
·         Tahun III : Kompos / Bokhasi / Pupuk Kandang 30 kg

PENJARANGAN

         Untuk memberikan ruang tumbuh yang lebih baik bagi tanaman.

         Penjarangan pertama pada umur 3 tahun.

         Setiap berseling satu batang ditebang satu batang.

         Kriteria penjarangan adalah batang yang :
-bengkok
-tumbuh bercabang   banyak
-tumbuh menggarpu
-pertumbuhannya tidak normal/tertekan
-terserang hama/penyakit.

         Jika ditujukan untuk produksi kayu pertukangan, maka dilakukan penjarangan kedua pada umur 5 tahun, dan dipanen total pada usia minimal 8 tahun agar kayu menjadi cukup keras.

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN

         Penggerek akar, dengan gejala berupa :
-ada bekas gerekan di kulit akar
-daun tiba-tiba layu
-akar menguning
-tanaman mati secara  mendadak 

         diatasi dengan menyiramkan insektisida berbahan aktif fipronil di sekitar daerah perakaran, dosis mengikuti label.

         Ulat grayak, dengan gejala serangan berupa daun berlubang-lubang, kadang hingga tinggal tulang daun  diatasi dengan menyemprotkan insektisida sistemik berbahan aktif  BPMC atau Imidaklopir.
  
         Hama pengisap daun, dengan gejala serangan ada bekas tusukan berwarna coklat pada daun dan bagian atasnya menggulung atau mati dikendalikan dengan menyemprotkan insektisida sistemik berbahan aktif  BPMC atau Imidaklopir.
       
         Belalang, memakan daun dan tunas muda sehingga tunas baru tumbuh menyamping  dikendalikan dengan insektisida sistemik berbahan aktif BPMC.

         Rayap, menyerang batang dan akar, sehingga daun menguning dan rontok dikendalikan dengan me-nyemprotkan insektisida sistemik berbahan aktif imidaklopir atau menggunakan agensia hayati  Beauveria bassiana.



         Busuk akar, daun menguning dan layu, terdapat benang-benang miselium berwarna putih pada akar dikendalikan dengan menyemprotkan fungisida berbahan aktif benomylkarbendazim atau triadimenol.

         Busuk hati, gejala serangan berupa batang patah dan luka, tekstur kayu menjadi lunak dan berserabut dikendalikan dengan mengoleskan ter  atau  fungisida karbendazim.       


*****

Penulis       :  WIDO NUGROHO, SP - PKL Kecamatan Pagerwojo
Penyunting :  RASIDI, SP - Koordinator Penyuluh Kecamatan Pagerwojo


Tidak ada komentar: