Hama utama
tanaman sengon yang diketahui saat ini ada 3 jenis yaitu : penggerek batang (Xystrocera festiva), ulat
kantong (Ptero plagiophleps) dan uret/embug.
Kerusakan
paling parah adalah akibat serangan penggerek batang (Xystrocera festiva)
dimana kayu menjadi cacat sehingga tidak dapat dijual atau diolah karena bagian
dalam kayu menjadi berlubang-lubang dalam jumlah yang banyak.
Untuk dapat
mengendalikan dengan baik keempat hama utama ini, perlu untuk mengenal dengan
baik keempatnya beserta cara pengendaliannya, yang akan dipaparkan berikut.
1.
Biologi
Xystrocera festiva
Telur berbentuk lonjong, berukuran 2 x 1 mm. Awalnya berwarna hijau-kekuningan dan
setelah tua warnanya berubah menjadi kuning.
Masa Stadia telur 28-32
hari. Telur diletakkan berkelompok dan satu
sama lain diikat dengan semacam zat perekat yang tidak berwarna.
Kelompok-kelompok telur ini berjumlah 41-238 butir/kelompok, biasanya terdapat pada bekas patahan cabang
atau retakan-retakan kulit bekas serangga (Suharti et al dalam Nurhayati, 2000).
Larva yang baru menetas berbentuk silindris berwarna
putih kotor kekuning-kuningan dengan panjang mencapai 5,5 mm. Larva yang baru
menetas secara berkelompk menggerek kulit batang akhirnya mencapai bagian kayu.
Pupa berwarna putih kekuning-kuningan dengan ukuran 30 x
10 mm.
Kumbang Xystrocera
festiva keluar pada waktu senja mulai pukul 18.00 WIB.
Kumbang berwarna coklat kekuning-kuningan agak
mengkilap, di bagian pinggir dari elytra dan sekeliling pronotum terdapat garis
lebar yang warnanya hijau kebiruan dan mengkilap.
Waktu bertelur hanya terjadi satu kali selama hidupnya.
Sementara siklus Xystrocera festiva
dari telur hingga kumbang siap kawin lebih kurang 6 bulan.
Kumbang Xystrocera
festiva tidak dapat terbang jauh, satu kali terbang hanya
mencapai jarak 3-4m dengan ketinggian 0,5-1m. Penyebaran ke tempat lain dibantu
oleh tiupan angin.
Gambar 1. Larva dan Kumbang Penggerek Batang (Xystrocera festiva)
2.
Gejala Serangan
Husaeni dalam Nurhayati (2001) menyatakan bahwa serangan
Xystrocera festiva mulai terjadi pada umur tegakan 3 tahun saat diameter batang
10-12 cm dan tinggi pohon 16 m. Letak
serangan dari pangkal batang hingga lebih dari 10 m.
Gejala serangan awal ditandai dengan
terjadinya perubahan warna pada kulit batang dari putih keabuan menjadi
merah kecoklatan. Perubahan warna terjadi karena kulit batang yang luka akibat
gerekan larva dan serbuk gerekan menempel pada kulit batang. Setelah menggerek kulit batang, serangan terus
meluas ke bagian kayu. Gerekan larva pada batang melebar secara tidak teratur
dan menuju ke arah bawah. Serangan pada
kayu gubal kadang-kadang sampai menggelang sekeliling batang. Pada tingkat serangan ini, tajuk pohon akan
menguning dan selanjutnya daun gugur sehingga pohon mati (Natawiria dalam
Nurhayati, 2001).
Setelah larva menjadi dewasa, kembali membuat lubang
gerek ke atas. Lubang gerek berbentuk lonjong dengan panjang lubang gerek
berkisar antara 6-8cm dengan garis tengah 15-20cm. Pada ujung lubang gerek
terdapat dua ruangan. Ruang sebelah luar berisi kotoran sisa makanan dan ruang
yang lain adalah ruang pupa .
Penggerekan oleh larva merusak kulit bagian dalam
dan kayu sehingga kulit akan mati,
terkelupas dan jatuh. Jika serangan
berikutnya tidak terjadi, pertumbuhan pohon yang cepat dapat menyembuhkan
luka-luka tersebut dengan pembentukan kalus.
Tetapi perusakan berulang-ulang beberapa tahun berakibat pohon mati atau
patah (Husaeni dalam Nurhayati, 2001).
Gambar 2. Kayu Sengon Terserang Penggerek Batang (Xystrocera festiva)
3.
Cara Pengendalian
a. Pengendalian secara mekanis.
Asmliah dan Suharti dalam Nurhayati (2001) menganjurkan
pengendalian hama Xystrocera festiva secara mekanis dengan cara sebagai berikut
:
- Menebang semua pohon yang terserang sambil membasmi hama
yang terdapat pada pohon tersebut.
- Bagi serangan awal dimana larva masih berada dibawah
kulit kayu, dapat dilakukan dengan pengeletekan kulit batang dan membasmi semua
larvanya.
Kelompok telur pada permukaan kulit
batang sengon harus dicongkel dan kulit batang tepat pada titik serangan harus
diseset sehingga larva Xyztrocera festiva terlepas dari batang dan jatuh ke tanah.
b. Pengendalian secara kimia
Penelitian efikasi (efektivitas penggunaan) insektisida
sistemik Perfekthion 400EC untuk mengendalikan larva Xystrocera festiva oleh
Nurhayati di Kelompok Hutan Ngancar, RPH Pandantoyo, BKPH Pare, KPH Kediri
Perum Perhutani Unit II Jawa Timur pada bulan Maret dan April 2000 menyimpulkan
bahwa penyemprotan batang sengon dengan konsentrasi 6 cc/L dan dosis cairan
semprot 100 cc per m2 permukaan batang mengakibatkan rata-rata persentase
kematian larva mencapai 90.07 %.
Pengendalikan Xystrocera
festiva dengan menggunakan insektisida sistemik Dimecron 100 (bahan aktif
Enolfosfat) menunjukkan bahwa penggunaan insektisida Dimecron 100 dengan
konsentrasi 5% dan dosis 75 cc per m2 luas permukaan kulit pohon dengan
menyemprotkan pada kulit pohon, dapat membunuh semua larva yang berumur 2 bulan
setelah tujuh hari. Sedangkan larva yang lebih tua tidak mati (Sidabutar dan
Natawiria dalam Nurhayati, 2001).
c. Pengendalian secara biologis
Pengendalian dengan cara biologis yaitu pengendalian
dengan memanfaatkan musuh alami dari hama tersebut yang tersedia di lapangan.
Terdapat dua jenis parasit yang ditemukan meyerang hama
uter-uter, yaitu parasit telur dari famili Encyrtidaedan parasit
larva dari famili Barconidae.
Sedangkan predator yang ditemukan menyerang larva
uter-uter adalah semut merah (Phaedologeton Sp) dan beberapa
jenis burung pemakan serangga.
d. Pengendalian secara
teknik silvikultur
Pengendalian secara teknik silvikultur pada hakekatnya
adalah suatu usaha untuk menjaga kesehatan pohon dari gangguan hama dan
penyakit.
Kemungkinan usaha yang dapat dilakukan adalah membuat
tanaman campuran Sengon dengan Mimba(Azadiractha Indica) yang tanamannya mengandung zat azadirachtin bahan insektisida nabati.
B. Ulat kantong (Ptero plagiophleps)
Hama ulat kantong menyerang daun-daun tanaman sengon dengan memakan parenkim daun yang lunak (bagian bawah
daun) dan menyisakan bagian daun
yang berlilin. Pada
daun-daun terserang
terdapat bercak-bercak coklat bekas aktivitas ulat. Intensitas
serangan yang tinggi dapat menyebabkan
kerugian yang serius.
Pengendalian
yang dianjurkan adalah infus akar dengan insektisida sistemik dengan dosis
menyesuaikan dengan kondisi tanaman, kira-kira 15 cc/tanaman terserang pada
umur tegakan 3 tahun.
Cara melakukan infus akar dengan menggali tanah di bawah
tegakan pada jarak sekira menemukan akar tanaman yang cukup besarnya, kemudian
memotong akar tersebut, selanjutnya cairan insektisida sistemik dimasukkan
kantong plastik es lilin, ujung akar yang sudah dipotong dimasukkan hingga
dasar plastik berisi insektisida, lalu plastik diikat. Akar baru dikeluarkan dari plastik setelah
semua cairan insektisida sistemik terserap habis. Dalam waktu 1,5 bulan daun tanaman tidak
boleh dijadikan makanan ternak.
C. Uret/Embug
Uret atau
embug menyerang perakaran tanaman sengon dan berpotensi mengganggu pertumbuhan
hingga mematikan.
Penulis
menyarankan penggunaan insektisida nabati berupa perasan umbi gadung dan
perasan daun pepaya masing-masing 1 kg ditumbuk diperas dan dicampurkan lalu
ditambah air 10 Liter kemudian dikocorkan pada sekitar perakaran tanaman yang
diperkirakan terserang uret/embug.
*******
Sumber Rujukan :
- - Nurhayati, Nani Dewi,
Pengujian Efikasi Insektisida Sistemik Perfekthion 400EC Terhadap Hama
Boktor (Xystrocera festiva PASCOE) Pada Tegakan Sengon (Paraserianthes
falcataria (L.) Nielsen, 2001, Skripsi Pada Fakultas Kehutanan IPB, 52 halaman
Penulis : Wido Nugroho, SP Penyuluh Kehutanan Lapangan BPP Pagerwojo
Editor : Rasidi, SP Koordinator Penyuluh BPP Pagerwojo
1 komentar:
kok ya ada penipuan model dimas kanjeng seperti yg disampaikan desi asuti
Posting Komentar