Rabu, 28 Desember 2016

MENGENAL HAMA TANAMAN SENGON

Hama utama tanaman sengon yang diketahui saat ini ada 3 jenis yaitu :  penggerek batang (Xystrocera festiva), ulat kantong (Ptero plagiophleps)    dan uret/embug.
Kerusakan paling parah adalah akibat serangan penggerek batang (Xystrocera festiva) dimana kayu menjadi cacat sehingga tidak dapat dijual atau diolah karena bagian dalam kayu menjadi berlubang-lubang dalam jumlah yang banyak.
Untuk dapat mengendalikan dengan baik keempat hama utama ini, perlu untuk mengenal dengan baik keempatnya beserta cara pengendaliannya, yang akan dipaparkan berikut.

A.       Penggerek Batang Sengon (Xystrocera festiva)
1.        Biologi  Xystrocera festiva
Telur berbentuk lonjong, berukuran 2 x 1 mm.   Awalnya berwarna hijau-kekuningan dan setelah tua warnanya berubah menjadi kuning.
Masa Stadia telur 28-32 hari.  Telur diletakkan berkelompok dan satu sama lain diikat dengan semacam zat perekat yang tidak berwarna. Kelompok-kelompok telur ini berjumlah 41-238 butir/kelompok,  biasanya terdapat pada bekas patahan cabang atau retakan-retakan kulit bekas serangga (Suharti et al dalam Nurhayati, 2000).
Larva yang baru menetas berbentuk silindris berwarna putih kotor kekuning-kuningan dengan panjang mencapai 5,5 mm. Larva yang baru menetas secara berkelompk menggerek kulit batang akhirnya mencapai bagian kayu.
Pupa berwarna putih kekuning-kuningan dengan ukuran 30 x 10 mm.
Kumbang Xystrocera festiva keluar pada waktu senja mulai pukul 18.00 WIB.
Kumbang berwarna coklat kekuning-kuningan agak mengkilap, di bagian pinggir dari elytra dan sekeliling pronotum terdapat garis lebar yang warnanya hijau kebiruan dan mengkilap.
Waktu bertelur hanya terjadi satu kali selama hidupnya. Sementara siklus Xystrocera festiva dari telur hingga kumbang siap kawin lebih kurang 6 bulan.
Kumbang Xystrocera festiva tidak dapat terbang jauh, satu kali terbang hanya mencapai jarak 3-4m dengan ketinggian 0,5-1m. Penyebaran ke tempat lain dibantu oleh tiupan angin.
Gambar 1.  Larva dan Kumbang Penggerek Batang (Xystrocera festiva)

2.        Gejala Serangan
Husaeni dalam Nurhayati (2001) menyatakan bahwa serangan Xystrocera festiva mulai terjadi pada umur tegakan 3 tahun saat diameter batang 10-12 cm dan tinggi pohon 16 m.  Letak serangan dari pangkal batang hingga lebih dari 10 m.
Gejala serangan awal ditandai dengan terjadinya perubahan warna pada kulit batang dari putih keabuan menjadi merah kecoklatan. Perubahan warna terjadi karena kulit batang yang luka akibat gerekan larva dan serbuk gerekan menempel pada kulit batang.  Setelah menggerek kulit batang, serangan terus meluas ke bagian kayu. Gerekan larva pada batang melebar secara tidak teratur dan menuju ke arah bawah.  Serangan pada kayu gubal kadang-kadang sampai menggelang sekeliling batang.  Pada tingkat serangan ini, tajuk pohon akan menguning dan selanjutnya daun gugur sehingga pohon mati (Natawiria dalam Nurhayati, 2001).
Setelah larva menjadi dewasa, kembali membuat lubang gerek ke atas. Lubang gerek berbentuk lonjong dengan panjang lubang gerek berkisar antara 6-8cm dengan garis tengah 15-20cm. Pada ujung lubang gerek terdapat dua ruangan. Ruang sebelah luar berisi kotoran sisa makanan dan ruang yang lain adalah ruang pupa .
Penggerekan oleh larva merusak kulit bagian dalam dan  kayu sehingga kulit akan mati, terkelupas dan jatuh.  Jika serangan berikutnya tidak terjadi, pertumbuhan pohon yang cepat dapat menyembuhkan luka-luka tersebut dengan pembentukan kalus.  Tetapi perusakan berulang-ulang beberapa tahun berakibat pohon mati atau patah (Husaeni dalam Nurhayati, 2001).
Gambar 2.  Kayu Sengon Terserang Penggerek Batang (Xystrocera festiva)
                                        

3.        Cara Pengendalian
a.      Pengendalian secara mekanis.
Asmliah dan Suharti dalam Nurhayati (2001) menganjurkan pengendalian hama Xystrocera festiva secara mekanis dengan cara sebagai berikut :
-   Menebang semua pohon yang terserang sambil membasmi hama yang terdapat pada pohon tersebut.
-  Bagi serangan awal dimana larva masih berada dibawah kulit kayu, dapat dilakukan dengan pengeletekan kulit batang dan membasmi semua larvanya.
Kelompok telur pada permukaan kulit batang sengon harus dicongkel dan kulit batang tepat pada titik serangan harus diseset sehingga larva Xyztrocera festiva terlepas dari batang dan jatuh ke tanah.

b.      Pengendalian secara kimia
Penelitian efikasi (efektivitas penggunaan) insektisida sistemik Perfekthion 400EC untuk mengendalikan larva Xystrocera festiva  oleh Nurhayati di Kelompok Hutan Ngancar, RPH Pandantoyo, BKPH Pare, KPH Kediri Perum Perhutani Unit II Jawa Timur pada bulan Maret dan April 2000 menyimpulkan bahwa penyemprotan batang sengon dengan konsentrasi 6 cc/L dan dosis cairan semprot 100 cc per m2 permukaan batang mengakibatkan rata-rata persentase kematian larva mencapai 90.07 %.
Pengendalikan Xystrocera festiva dengan menggunakan insektisida sistemik Dimecron 100 (bahan aktif Enolfosfat) menunjukkan bahwa penggunaan insektisida Dimecron 100 dengan konsentrasi 5% dan dosis 75 cc per m2 luas permukaan kulit pohon dengan menyemprotkan pada kulit pohon, dapat membunuh semua larva yang berumur 2 bulan setelah tujuh hari. Sedangkan larva yang lebih tua tidak mati (Sidabutar dan Natawiria dalam Nurhayati, 2001).

c.      Pengendalian secara biologis
Pengendalian dengan cara biologis yaitu pengendalian dengan memanfaatkan musuh alami dari hama tersebut yang tersedia di lapangan.
Terdapat dua jenis parasit yang ditemukan meyerang hama uter-uter, yaitu parasit telur dari famili Encyrtidaedan parasit larva dari famili Barconidae.
Sedangkan predator yang ditemukan menyerang larva uter-uter adalah semut merah (Phaedologeton Sp) dan beberapa jenis burung pemakan serangga.

d.     Pengendalian secara teknik silvikultur
Pengendalian secara teknik silvikultur pada hakekatnya adalah suatu usaha untuk menjaga kesehatan pohon dari gangguan hama dan penyakit.
Kemungkinan usaha yang dapat dilakukan adalah membuat tanaman campuran Sengon dengan Mimba(Azadiractha Indica) yang tanamannya mengandung zat azadirachtin bahan insektisida nabati. 


B.       Ulat kantong (Ptero plagiophleps)
Hama ulat kantong menyerang daun-daun tanaman sengon dengan memakan parenkim daun yang lunak (bagian bawah daun) dan menyisakan bagian daun yang berlilin. Pada daun-daun terserang terdapat bercak-bercak coklat bekas aktivitas ulat. Intensitas serangan yang tinggi dapat menyebabkan kerugian yang serius.
Pengendalian yang dianjurkan adalah infus akar dengan insektisida sistemik dengan dosis menyesuaikan dengan kondisi tanaman, kira-kira 15 cc/tanaman terserang pada umur tegakan 3 tahun.
Cara melakukan infus akar dengan menggali tanah di bawah tegakan pada jarak sekira menemukan akar tanaman yang cukup besarnya, kemudian memotong akar tersebut, selanjutnya cairan insektisida sistemik dimasukkan kantong plastik es lilin, ujung akar yang sudah dipotong dimasukkan hingga dasar plastik berisi insektisida, lalu plastik diikat.  Akar baru dikeluarkan dari plastik setelah semua cairan insektisida sistemik terserap habis.  Dalam waktu 1,5 bulan daun tanaman tidak boleh dijadikan makanan ternak.

C.       Uret/Embug
Uret atau embug menyerang perakaran tanaman sengon dan berpotensi mengganggu pertumbuhan hingga mematikan.
Penulis menyarankan penggunaan insektisida nabati berupa perasan umbi gadung dan perasan daun pepaya masing-masing 1 kg ditumbuk diperas dan dicampurkan lalu ditambah air 10 Liter kemudian dikocorkan pada sekitar perakaran tanaman yang diperkirakan terserang uret/embug.

*******

Sumber Rujukan :

-         - Nurhayati, Nani Dewi,  Pengujian Efikasi Insektisida Sistemik Perfekthion 400EC Terhadap Hama Boktor (Xystrocera festiva PASCOE) Pada Tegakan Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen, 2001, Skripsi Pada Fakultas Kehutanan IPB, 52 halaman

-         - http://gravitasii.blogspot.co.id/2014/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html  diakses 19-8-2013 pukul 21.00 WIB

  Penulis  :  Wido Nugroho, SP   Penyuluh Kehutanan Lapangan BPP Pagerwojo
  Editor    :  Rasidi, SP                 Koordinator Penyuluh BPP Pagerwojo

1 komentar:

Anonim mengatakan...

kok ya ada penipuan model dimas kanjeng seperti yg disampaikan desi asuti